BAB I
LINGKUNGAN dan BUDAYA ORGANISASI
A. Lingkungan dan
Organisasi Bisnis
1. Organisasi Bisnis
Sebagai Bagian dari Lingkungan
Organisasi
sebagai kumpulan orang-orang tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena
pada dasarnya organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat,
sebagai contoh : sebuah keluarga atau rumah merupakan bagian dari lingkungan
Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), hingga lingkungan yang lebih besar lagi.
Sebuah perusahaan atau organisasi bisnis yang beroperasi di sebuah lingkungan
lingkungan tidak dapat menafikan bahwa selain kegiatan bisnis yang dikelolanya,
organisasi tersebut juga terlibat dengan lingkungan disekitar organisasi.
Pada
praktiknya perusahaan barangkali perlu memikirkan untuk merekrut tenaga kerja dengan
memperioritaskan masyarakat di sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Selain
sebagai tanggung jawab sosial, juga sebagai upaya untuk meningkatkan daya beli
masyarakat. Organisasi tidak dapat mengabaikan bahwa mereka mereka merupakan
bagian dari lingkungan.[1]
2. Lingkungan
Internal Organisasi
Yang
dimaksud dengan Lingkungan Internal Organisasi adalah berbagai hal atau
berbagai pihak yang terkait langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi dan
mempengaruhi langsung terhadap setiap program, kebijakan organisasi. Yang
termasuk dengan Lingkungan Internal Organisasi adalah :
a. Pemilik
Organisasi (Owners)
Pemilik
Organisasi adalah mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan sebagai
pemilik akibat adanya penyertaan modal, ide, maupun berdasarkan ketentuan
lainnya dinyatakan sebagai pemilik organisasi.
Organisasi
perlu memahami para pemilik organisasi, karena setiap pemilik memiliki tujuan
yang hendak dicapainya melalui kepemilikannya atas organisasi.[2]
b. Tim Manajemen
(Board of Manager or Directors)
Tim
Manajemen adalah orang-orang yang menurut para pemilik organisasi perusahaan
dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya
sehari-hari untuk suatu periode tertentu. Orang-orang ini bekerja secara
profesional berdasarkan tugasnya masing-masing, dan dalam periode tertentu
harus melaporkan setiap kegiatannya pada pemilik perusahaan.
c. Para Anggota
atau Para Pekerja (Employes)
Para
anggota atau para pekerja dalam sebuah organisasi merupakan unsur Sumber Daya
Manusia (SDM) yang sangat dominan dalam sebuah organisasi. Para pekerja inilah
yang sehari-hari bergelut dengan aktivitas operasional perusahaan dan
menjalankan tugas-tugas keseharian. Para pekerja merupakan aset bagi
perusahaan.[3]
d. Lingkungan
Fisik Organisasi (Phsycal Work Environment)
Pemilik
organisasi, pekerja, dan tim manajemen merupakan orang-orang atau sumber daya
manusia yang dimiliki oleh perusahaan. Organisasi memiliki sumber daya yang
yang tidak hanya orang-orang , tetapi juga sumber daya uang (financial
resources), sumber daya alam (natural resources), maupun sumber daya
informasi (informational resources). Keseluruhan ini dapat dikategorikan
sebagai lingkungan fisik organisasi perusahaan. Bangunan, uang, peralatan,
barang persediaan, dan lain sebagainya merupakan lingkungan dimana setiap saat orang-orang
dalam organisasi perusahaan berinteraksi dan memanfaatkannya untuk dapat
didayagunakan.
3. Lingkungan
Eksternal Organisasi
Dalam
kegiatan operasional, perusahaan berhadapan dan senantiasa beruhasa untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan-lingkungan yang terkait langsung atau
lingkungan mikro perusahaan dan lingkungan yang tidak terkait langsung atau
lingkungan makro perusahaan.[4] Yang
termasuk lingkungan mikro perusahaan adalah :
a. Pelanggan (Customer)
Mereka
adalah yang secara langsung memanfaatkan, menggunakan dan menggunakan
permintaan atas barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. Dan karena
pelanggan inilah menjadi alasan kuat untuk berdirinya sebuah organisasi
perusahaan dan beroperasi.
b. Pesaing
(Competitor)
Pesaing
adalah organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama dengan
organisasi yang kita jalankan. Karena bisnis yang dijalankan sama, maka pesaing
merupakan tantangan (sekaligus ancaman) yang dihadapi organisasi dalam meraih
pelanggan.
c. Pemasok
(Supplier)
Pemasok
adalah pihak yang terkait langsung dalam kegitan bisnis dari sebuah organisasi,
khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari
berbagai jenis bahan baku. Sebuah perusahaan sepatu sangat tergantung sekali
dengan para pemasok bahan baku sepatu, dari mulai pemasok kulit, lem, pemasok
benang dan sebagainya.
d. Partner
Strategis (Strategic Partner)
Yaitu perusahaan
lain yang menjalankan bisnis berbeda dengan kita, tetapi secara bersama-sama
bisa menjadi mitra kita dalam menjalankan bisnis yang saling menguntungkan
kedua belah pihak. [5]
Yang termasuk Makro
Perusahaan adalah :
a. Regulator
Regulator
adalah pihak-pihak yang berkepentingan dalam menciptakan keadaan dan kegiatan
bisnis yang fair dan aman bagi semua pihak yang ingin menjalankan bisnis. Agar
keadaan tersebut dapat terwujud, maka perlu dibuat aturan-aturan main yang
dapat disepakati oleh semua pihak di masyarakat tersebut.
b. Pemerintah
(Goverment)
Pemerintah
adalah pihak yang atas legitimasi politik tertentu disuatu negara, diangkat dan
bertugas untuk mewujudkan masyarakat ke arah yang lebih baik dalam pembangunan
di segala bidang. Berdasarkan pengertian ini, maka pemerintah dituntut untuk
melakukan kegiatan-kegiatan proaktif. Mulai dari pemberian kebijakan, penetapan
aturan pemerintah, hingga upaya-upaya antisipasi dan penyeleseian atas berbagai
masalah yang ada di masyarakat menuju masyarakat yang lebih baik di segala bidang
baik material maupun spritual.
c. Masyarakat
Umum (Society)
Masyarakat
umum adalah keseluruhan pihak yang tidak termasuk ke dalam
lingkungan-lingkungan yang disebutkan diatas. Masyarakat ini antara lain :
pelanggan, masyarakat disekitar perusahaan, dan tokoh masyarakat dimana
perusahaan ini berdiri. Termasuk juga masyarakat yang menjadi kontrol apa yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut, misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
diantaranya : YLKI.
B. Lingkungan
Internasional dan Kegiatan Bisnis
1. Lingkungan
Internasional (International Environment)
Lingkungan
internasional dapat menjadi menajdi peluang sekaligus tantangan atau ancaman
bagi kegiatan perusahaan.
Sebuah
perusahaan perlu memahami lingkungan internasional, terutama jika perusahan
tersebut beroperasi dalam jangka waktu panjang, dimana perubahan ke arah kompetensi
global akan semakin dirasakan sebagai sebuah kenyataan yang tidak dapat
ditolak. [6]
2. Berbagai Bentuk
Kegiatan Bisnis Internasional
a. Kegiatan
Expor-Impor, pasar produk (product market)
b. Lisensi
(lisencing)
c. Partner Strategis
d. Investasi
Langsung, diantaranya melalui berupa pendirian anak cabang perusahaan di
berbagai negara (subsidiaries)[7]
3. Faktor-Faktor
Terkait dalam Bisnis Internasional
a. Kontrol dalam
perdagangan internasional
Kadangkala
lingkungan internasional dalam bisnis belum tentu menjamin sebuah perusahaan
yang beroperasi secara internasional akan sukses. Hal ini terkait dengan
kepentigan dari suatu negara dalam menjamin, selain transaksi bisnis bisa
dijalankan, juga kepentingan pebisnis lokal di setiap negara juga terjaga.
Ada dua
jenis kontrol perdagangan internasional yang biasanya dilakukan oleh setiap
negara, yaitu : Quota (Pembatasan jumlah barang yang diperjualbelikan
secara internasional) dan Tariff
(Pembebanan pajak kepada setiap barang yang di ekspor maupun impor).
b. Komunitas ekonomi
internasional
Kelompok
yang terdiri dari berbagai negara yang bersepakat untuk mengurangi
kendala-kendala dalam perdagangan internasional, contohnya : NAFTA, AFTA dan
lain sebagainya.
c. Perbedaan budaya
Antarnegara
Perusahaan
perlu memahami adanya perbedaan budaya di setiap lingkungan yang berbeda,
apalagi di lingkungan internasional, maka perusahaan perlu mengetahui bagaimana
cara beradaftasi dan mengetahui kebiasaan masyarakat di tempat negara yang
berbeda.[8]
C. Budaya
Organisasi dan Kegiatan Bisnis
Budaya menunjukkan gambaran atau ciri suatu kelompok tertentu di
tengah-tengah masyarakat dalam melaksanakan aktivitas dan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya. Di suatu Negara tertentu juga terdapat
kelompok-kelompok tertentu yang memiliki budaya berbeda, itulah yang disebut
sebagai sub-budaya. Hal yang sama sebuah organisasi mempunyai budaya yang
disebut sebagai budaya organisasi. Budaya organisasi adalah suatu sistem yang
merupakan bagian dari kepercayaan dan nilai-nilai yang dapat membentuk dan
menunjukkan perilaku para anggotanya.
Schien (2004) mendefinisikan budaya organisasi adalah sebuah pola asumsi
dasar yang dapat dipelajari oleh sebuah organisasi dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya dari penyesuaian dir eksternal dan integrasi
internal, telah bekerja dengan baik dan dianggap berharga, oleh karena itu di
ajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk menyadari berfikir,
dan merasakan dalam hubungan untuk masalah tersebut.
Robins (2002) mengungkapkan bahwa budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut ada karakter tertentu yang dimiliki suatu organisasi sehingga membedakan suatu organsasi dengan organisasi lainnya. Karakteristik tersebut dibagi dalam beberapa tingkat yaitu:
Robins (2002) mengungkapkan bahwa budaya organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut ada karakter tertentu yang dimiliki suatu organisasi sehingga membedakan suatu organsasi dengan organisasi lainnya. Karakteristik tersebut dibagi dalam beberapa tingkat yaitu:
1. Inovasi
dalam pengambilan resiko
2. Perhatian
terhadap detail
3. Orientasi
terhadap hasi
4. Orientasi
kepada individu
5. Orientasi
terhadap kelompok
6.
Agresivitas
7.
Stabilitas
Karakteristik-karakteristik tersebut merupakan nilai (value) bagi suatu
organisasi.
Kreitner dan Kinicki (2001) mengatakan budaya organisasi adalah suatu wujud
anggapan yang dimiliki, diterima secara implicit oleh kelompok dan menentukan
bagaimana kelompok tersebut merasakan, pikiran, dan bereaksi terhadap
lingkungannya yang ragam. Berdasarkan pengertian tersebut budaya organisasi
memiliki tiga karakteristik antara lain: (1). Budaya organisasi diberikan
kepada karyawan baru melalui proses sosialisasi, (2). Mempengaruhi perilaku
karyawan ditempat kerja, dan (3). Berlaku pada dua tingkat yang berbeda,
masing-masing tingkat beragam dalam kaitannya dengan pandangan keluar dan
kemampuan bertahan terhadap perubahan.
Budaya organisasi dapat dilihat secara jelas (concrete) dan yang lebih
abstrak. Budaya organisasi yang secara konkrit wujudnya dapat dilihat secara
jelas sedangkan budaya organisasi yang bersifat abstrak budaya merefleksikan
pada nilai-nilai (volves) dan keyakinan (belief) yang dimiliki para anggota
organisasi.[9]
BAB II
TANGGUNG JAWAB SOSIAL dan ETIKA
MANAJEMEN
A. Tanggung Jawab
Sosial dari Organisasi
1. Lingkungan
Sabagai Ruang Lingkup Kegiatan Organisasi
Organisasi
bisnis akan berhadapan dengan lingkungan organisasinya, baik lingkungan secara
langsung mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan organisasi bisnis, maupun
lingkungan yang secara tak langsung terkait dengan organisasi bisnis. Pada
intinya, setiap organsasi atau perusahaan pada akhirnya perlu menyadari bahwa
apa pun yang dilakukannya merupakan reaksi atas tuntutan dari lingkungan atau
juga sebaliknya merupakan upaya untuk mempengaruhi lingkungannya.
Sebagai
bagian dari lingkungan masyarakat, maka organisasi bisnis perlu memliki
tanggung jawab bahwa kegiatan yang dilakukannya membawa ke arah perbaikan
lingkungan masyarakat pada umumnya.
Tanggung
jawab sosial ini dapat berupa tanggung jawab terhadap kebersihan dan kesehatan
lingkungan, keadaan ekonomi masyarakat, dan lain sebaginya.
2. Pro dan Kontra
Mengenai Tanggung Jawab Sosial
No
|
Pandangan
kelompok yang Pro Terhadap Tanggung Jawab Sosial dari Organisasi Bisnis
|
Pandangan
kelompok yang Kontra Terhadap Tanggung Jawab Sosial dari Organisasi Bisnis
|
1
|
Kegiatan bisnis sering
kali menimbulkan masalah, oleh karena itu sudah semestinya perusahaan
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya
|
Perusahaan tidak memiliki
ahli yang mengkhususkan dalam bidang sosial dan kemasyarakatan, oleh karena
itu sulit bagi perusahaan bertanggung jawab.
|
2
|
Perusahaan adalah bagian dari
lingkungan sosial masyarakat,
oleh karena itu sudah semestinya ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab
atas apa yang terjadi di masyarakat
|
Perusahaan yang ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam lingkungan
sosial masyarakat justru akan memiliki
kekuatan untuk mengontrol masyarakat,
dan itu indikasi yang kurang baik secara
Sosial
|
3
|
Perusahaan biasanya memiliki sumber
daya untuk menyelesaikan masalah di
lingkungan sosial masyarakat
|
Akan
banyak terdapat konflik kepentingan di masyarakat jika perusahaan terlibat
dalam aktifitas sosial
|
4
|
Perusahaan
adalah partner dari lingkungan
sosial
kemasyarakatan, sebagaimana
halnya
juga pemerintah dan masyarakat
lain
pada umumnya
|
Tujuan
perusahaan bukan untuk motif sosial, akan tetapi untuk memperoleh profit dan
mencapai tujuan yang diharapkan oleh para pemilik perusahaan
|
3. Mengelola
Tanggung Jawab Sosial dari Perusahaan
a. Strategi
Reaktif
Kegiatan
bisnis yag melakukan strategi reaktif dalam tanggung jawab sosial cendrung
menolak atau menghidarkan diri dari tanggung jawab sosial.
b. Strategi
Defensif
Strategi
ini dalam tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan penggunaan
pendekatan legal atau jalur hukum untuk menghindarkan diri atau menolak
tanggung jawab sosial.
c. Strategi
Akomodatif
Berupa
tanggung jawab sosial pelayanan kesehatan, kebersihan, dll, bukan dikarenakan
perusahaan menyadari perlunya tanggung jawab sosial, akan tetapi dikarenakan
adanya tuntutan dari masyarakat dan lingkungan sekitar akan hal itu.
d. Strategi
Proaktif
Tanggung jawab sosial merupakan bagian dari tanggung jawab untuk memuaskan
Stakeholders. Jika Stakeholders terpuaskan, maka citra positif terhadap
perusahaan akan terbangun. Dalam jangka panjang perusahaan akan diterima
masyarakat dan akan dapat menambah pelanggan. Kemudian perusahaan akan
B. Konsep Dasar
Etika Manajemen
1. Etika dalam
Manajemen
Etika
pada dasarnya, adalah studi mengenai tanggung jawab moral yang terkait dengan
apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah. Etika dalam manajemen
tidak saja berbicara apa yang baik dan buruk, apa yang benar dan apa yang
salah, Etika adalah mengenai nilai-nilai yang dianut oleh organisasi
berhubungan dengan kegiatan bisnis yang dijalankannya.
2. Beberapa Isu
Seputar Etika
a. Penggunaan
obat-obatan terlarang
b. Pencurian
oleh Para Pekerja atau Korupsi
c. Konflik
Kepentingan
d. Pengawasan
Kualitas atau Quality Control
e. Penyalahgunaan
informasi yang bersifat rahasia
f.
Penyelewengan dalam pencatatan
keuangan
g. Penyalahgunaan
penggunaan aset perusahaan
h. Pemecatan
tenaga kerja
i.
Polusi Lingkungan
j.
Cara bersaing dari Perusahaan yang
dianggap tidak etis
k. Penggunaan
pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
l.
Pemberian hadiah kepada pihak-pihak
tertentu yang terkait dengan pemegang kebijakan. Dan lain sebagainya. [10]
C. Bagaimana
Mengukur Etika Manajemen
Griffin
(2002), mengenalkan sebuah model untuk menilai etika, Yaitu :
D. Mendorong
Pelaksanaan Etika dalam Manajemen
1. Pelatihan Etika
(Ethic Training)
Manusia
pada dasarnya membutuhkan pembiasaan dalam melakukan sesuatu. Budaya organisasi
sebagai nilai-nilai yang dianut oleh sebuah organisasi dalam menjalankan
kegiatannya memerlukan waktu dalam mewujudkannya. Demikian pula halnya etika
dalam manajemen. Perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang dberlakukan kepada
para pelaku organisasi. Pembiasaan ni bisa dengan pelatihan yang menyangkut
etika dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial yang lebih baik.
2. Advokasi Etika
(Ethical Advocates)
Advokasi
etika adalah upaya perusahaan menjalankan etika dalam kegiatannya dengan cara
menempatkan orang atau tim khusus dalam tim manajemen untuk mengontrol segala
kegiatan perusahaan agar tetap memenuhi standar etika. Dan yang dipekerjakan
dalam tim khusus adalah karyawan yang berlatar belakang Ilmu hukum.
3. Standar Aturan
Mengenai Etika Perusahaan (Code of Ethic)
Standar
aturan ini akan berlaku dengan baik apabila memenuhi syarat : Pertama.
Perusahaan perlu menyatakan secara spesifik kepada publik mengenai kode etik
yang mereka jalankan. Kedua. Perlu adanya dukungan dari tim manajemen
puncak melalui sistem pengawasan tertentu seperti reward and punishment system.
4. Keterlibatan
Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
Publik
harus diikutkan dalam setiap kegiatan perusahaan yang dianggap tidak beretika.
Dalam istilah manajemen adalah whistle-blowing (meniup peluit).
Konteksnya adalah bahwa jika sebuah perusahaan menjalankan suatu kegiatan yang
tidak memenuhi standar etika dan perusahaan cendrung membiarkan praktik
tersebut untuk teruz berjalan, kenyataan ini kemudian dilaporkan oleh anggota
perusahaan kepada pihak publik seperti media masa, LSM ataupun pemerintah yang
representif.[11]
BAB III
KESIMPULAN
Setiap organisasi tidak
terkecuali organisasi bisnis akan berhadapan dengan lingkungan dimana setiap
kegiatan dijalankan.
Lingkungan organisasi
dapat berupa lingkungan internal maupun lingkungan eksternak makro dan
eksternal mikro.
Budaya organisasi pada
dasarnya merupakan nilai atau norma yang diyakini oleh sebuah organisasi dalam
mencapai tujuannya.
Organisasi bisnis akan
berhadapan dengan lingkungan organisasinya, baik lingkungan secara langsung
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kegiatan organisasi bisnis, maupun lingkungan
yang secara tak langsung terkait dengan organisasi bisnis.
Etika pada dasarnya,
adalah studi mengenai tanggung jawab moral yang terkait dengan apa yang
dianggap benar dan apa yang dianggap salah.
DAFTAR PUSTAKA
Ernie
Tisnawati Sule, Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen¸ Kencana.
http://www.slideshare.net/iwanpalembang/bab-tiga-budaya-organisasi budaya organisasi.
http://makalah85.blogspot.com/2009/10/lingkungan-dan-budaya-organisasi.html
[7] http://www.slideshare.net/iwanpalembang/bab-tiga-budaya-organisasi budaya organisasi.
Artikelnya bagusss...
BalasHapusSekedar ingin berbagi aja, barangkali bisa menambah sedikit referensi mengenai Pengaruh Lingkungan Terhadap Perusahaan (General Business Environment)
Klik --> Makalah Lingkungan Budaya Terhadap KFC di Indonesia